Ketika Aku Merindu
Benar-benar aku mempercayai langit sore ini
Mendungnya hanya sementara
Tak akan lama-lama
Benar-benar aku mempercayai tangis hari ini
Pergimu hanya sementara
Tak akan kubiarkan
Kita tak bersapa lama-lama
Pesanku seturut kepergianmu
Kita hanya berjarak pandang
Bukan berarti akan saling melupakan
Candu kita hanyalah waktu
Yang sementara masa akan lambat melaju
Terakhir,
Semua rindu akan terus melagu, tak mengubah apapun dari aku dan kamu
Ilusi kita melambung seputar ingin bertemu
Namun keadaan dengan paksa mengharuskan
Kita untuk tetap menunggu
*kita hanya berdiri di atas tanah yang berbeda jenis, bukan awan yang berbeda warna.
Mari menutup angkasa, agar tidak lupa bahwa kita masih satu harap
Juni, 2020
Terpikat
Kataku membisu.
Ketika kita bertatap luruh
Senyummu sendu dan aku dipaku.
“Inikah seni kehidupan?”
Dipandangmu tanpa kedipan?
Aku menggila jika berlama-lama,
Tapi jangan kemana-mana
”kamu itu candu, tak ada duanya.
Kamu itu satu, satu-satunya saja”
Juni,2020
Kangen
Kelam ini usai.
Kita menjadi melodi seirama
Berjalan selaras dan saling mengimbangi.
Dipandang memesona dan menggelora
Seiring dengan itu,
Berdatangan orang-orang tak menyangka
Lalu bertanya:”kita siapa?”
Mari tegas menjawab:
“yang dulu kalian sapa.
Mereka yang bukan apa-apa”
Juni, 2020
Penulis: Ayu Harung, siswi SMAK St. Fransiskus Xaverius Ruteng, Manggarai, Flores, NTT